|
Berita
Berita BNPP
Mengintip Kehidupan Warga Wutung Papua Nugini yang Menggantungkan Hidup dari Indonesia
Dibuat Admin BNPP
19 Jul 2025, 9:49 WIB
Oleh: Hamidin (Kelompok Ahli BNPP RI)
(Pengamat Perbatasan Negara)
Jakarta - Nama Wutung mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun di Papua Nugini, desa ini memiliki peran penting sebagai penghubung vital dengan dunia luar, khususnya dengan Kota Jayapura di Indonesia. Terletak di Provinsi Sandaun, Wutung menjadi titik resmi lintas batas antarnegara yang menghubungkan Wutung Border Post (WBP) dengan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw Indonesia.
Setiap hari, kehidupan lintas batas di Wutung bergerak aktif. Warga berjalan kaki dari sisi Papua Nugini menyeberang ke Indonesia, bukan hanya untuk berbelanja kebutuhan pokok, tetapi juga untuk mendapatkan layanan kesehatan dan menjaga hubungan sosial dengan kerabat mereka di seberang batas.
Wutung Border Post: Pintu Sempit Menuju Dunia yang Lebih Luas
Wutung Border Post merupakan satu-satunya pos resmi yang dimiliki pemerintah Papua Nugini untuk mengatur arus keluar masuk warga ke Indonesia, terutama ke wilayah Jayapura. Meski fasilitasnya jauh dari kata modern jika dibandingkan dengan PLBN Skouw di Indonesia, pos ini tetap menjadi simpul strategis bagi aktivitas lintas batas.
Namun di balik fungsinya yang penting, Wutung menyimpan potret ketimpangan. Akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan masih sangat terbatas, sementara harga kebutuhan pokok jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga di Indonesia. Tak heran jika PLBN Skouw dikenal masyarakat Wutung sebagai tempat yang menyediakan harapan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Gantungkan Harapan pada Pasar Skouw
Setiap pagi, puluhan hingga ratusan warga Wutung melintasi batas negara dengan membawa keranjang atau karung khas mereka. Mereka datang ke PLBN Skouw Indonesia untuk membeli barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, sabun, pakaian, hingga peralatan rumah tangga.
Harga barang di Indonesia yang jauh lebih terjangkau menjadi alasan utama. Tak sedikit warga yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali di pasar lokal Wutung atau di Vanimo, ibu kota Provinsi Sandaun. Aktivitas ini pun membentuk ekosistem ekonomi rakyat yang penting bagi masyarakat perbatasan Papua Nugini.
Kekerabatan Sosial yang Melampaui Garis Batas
Kehidupan masyarakat Wutung tidak hanya terkait dengan ekonomi, tetapi juga erat dalam aspek sosial dan budaya. Banyak dari mereka memiliki hubungan darah, adat, bahkan pernikahan dengan warga Papua Indonesia. Hubungan ini telah terbentuk jauh sebelum batas negara secara resmi ditetapkan.
Untuk menjaga tradisi ini, pemerintah kedua negara menyediakan mekanisme Pas Lintas Batas (PLB), yaitu izin khusus yang memungkinkan masyarakat perbatasan untuk melintasi batas tanpa paspor dalam radius dan waktu tertentu. Sistem ini menjadi jembatan penting bagi kelangsungan interaksi sosial dan budaya di kawasan perbatasan.
Tantangan di Tengah Harmoni
Meskipun aktivitas lintas batas berlangsung secara damai, Wutung tetap menghadapi tantangan serius. Perbedaan harga barang antara Indonesia dan Papua Nugini memicu munculnya praktik perdagangan ilegal dalam skala kecil, seperti penyelundupan rokok, minuman keras, hingga bahan bakar minyak.
Minimnya infrastruktur pengawasan dan keterbatasan sumber daya di pihak Papua Nugini menjadi celah bagi aktivitas tersebut. Di sisi lain, keterbatasan layanan dasar juga menjadi persoalan utama. Warga Wutung kerap harus menempuh perjalanan ke Jayapura untuk berobat, karena layanan kesehatan di desa mereka sangat minim.
Ketergantungan Ekonomi yang Mengkhawatirkan
Fenomena ketergantungan masyarakat Wutung pada Indonesia mencerminkan ketimpangan pembangunan di Papua Nugini. Kurangnya perhatian pemerintah pusat di Port Moresby terhadap wilayah perbatasan menyebabkan desa-desa seperti Wutung bergantung pada negara tetangga untuk kebutuhan dasar mereka.
Akibatnya, Wutung menjadi “desa depan” yang menggantungkan sebagian hidupnya pada negeri tetangga indonesia. Ketergantungan ini memang menyelesaikan masalah praktis masyarakat, namun dalam jangka panjang berpotensi melemahkan kemandirian ekonomi nasional Papua Nugini.
Diplomasi Perbatasan sebagai Jalan Tengah
Kondisi di Wutung menjadi refleksi pentingnya pendekatan diplomasi perbatasan yang humanis dan kolaboratif. Bagi Indonesia, kawasan ini merupakan peluang untuk menguatkan soft power dan membuktikan kehadiran negara melalui bantuan nyata kepada masyarakat lintas batas.
Sementara bagi Papua Nugini, Wutung dapat dijadikan titik strategis untuk memperkuat pelayanan publik, memperbaiki infrastruktur dasar, serta membuka kerja sama ekonomi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan dengan Indonesia.
Wutung mungkin hanyalah sebuah titik kecil di peta Papua Nugini, namun perannya sangat besar dalam menghubungkan dua bangsa yang bertetangga. Aktivitas warganya yang menyeberang ke pasar Skouw setiap hari menjadi bukti bahwa batas negara tidak selalu memisahkan. Terkadang, batas justru menyambungkan harapan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan pengelolaan perbatasan yang inklusif dan bijak, Wutung dapat menjadi contoh bagaimana masyarakat dua negara bisa hidup berdampingan secara damai, saling menguatkan, dan tumbuh bersama di tengah keragaman. Inilah semangat perbatasan yang hidup bukan sekadar pagar dan dokumen, tapi tentang manusia dan harapan yang mereka bawa.
(HUMAS BNPP RI)
Share
Kategori Berita
Berita BNPP
PLBN
Berita Nasional
Berita Perbatasan
Pers Rilis
Berita Utama
Berita Terbaru
Arwana Super Red, Ikon Perbatasan Kalimantan Barat yang Menyatu dengan Budaya dan Ekonomi Lokal
PLBN Motaain Sambut Kunjungan Kapolres Belu, Perkuat Sinergi dan Stabilitas Keamanan di Perbatasan RI-RDTL
PLBN Badau Dukung Pemusnahan Bibit Tanpa Dokumen Demi Lindungi Pertanian Nasional
PLBN Motamasin Fasilitasi Koordinasi Lintas Sektor Sambut HUT ke-80 RI di Kobalima Timur
Mengintip Kehidupan Warga Wutung Papua Nugini yang Menggantungkan Hidup dari Indonesia
Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI)
Jl. Kebon Sirih No.31A, RT.1/RW.5, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
021-31924491
info@bnpp.go.id
© Badan Nasional Pengelola Perbatasan - 2025