Kapuas Hulu, Kalimantan Barat - Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau tidak hanya berperan sebagai pintu gerbang perlintasan antarnegara Indonesia-Malaysia, tetapi juga menjadi titik strategis bagi wisatawan untuk menjelajahi kekayaan alam yang luar biasa di kawasan perbatasan, salah satunya adalah Danau Sentarum.

Terletak sekitar 75 kilometer dari PLBN Badau, Danau Sentarum merupakan bagian dari Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) yang membentang seluas lebih dari 132.000 hektare.

Keunikan kawasan ini terletak pada ekosistem danau banjirannya yang langka, di mana pada musim hujan kawasan ini berubah menjadi laut pedalaman, dan saat kemarau berubah menjadi padang rumput serta hutan rawa yang memesona.

Kondisi alam yang dinamis ini menciptakan lanskap yang menakjubkan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, peneliti, maupun fotografer alam.

Kepala PLBN Badau, Wendelinus Fanu, menyatakan bahwa kehadiran Danau Sentarum menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat perbatasan khususnya di Kabupaten Kapuas Hulu.

“PLBN Badau bukan hanya penjaga perlintasan negara, tetapi juga turut mendorong promosi potensi pariwisata di kawasan ini. Danau Sentarum adalah bukti bahwa wilayah perbatasan menyimpan keindahan yang luar biasa dan layak dijadikan destinasi unggulan,” ujar Wendelinus Fanu.

Selain itu, Danau Sentarum juga dikenal sebagai habitat dari berbagai satwa endemik dan langka. Ikan arwana super red yang mendunia berasal dari danau ini, begitu pula dengan orang utan, burung enggang, kera ekor panjang, hingga buaya muara yang hidup berdampingan di dalamnya. 

Oleh karena itu, kawasan ini sering dijuluki sebagai “Amazon-nya Indonesia” karena kekayaan keanekaragaman hayatinya yang tinggi.

Selain potensi ekologi, kawasan ini juga sarat dengan nilai budaya. Masyarakat adat seperti Dayak Iban dan Melayu yang mendiami sekitar Danau Sentarum masih menjaga tradisi dan kearifan lokal secara harmonis dengan alamnya.

Salah satu yang menjadi ikonik di kawasan tersebut adalah rumah panjang (rumah betang) bangunan khas Dayak yang masih berdiri kokoh dan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Para wisatawan pun dapat menginap di rumah panjang, mencicipi kuliner khas seperti ikan salai dan sayur hutan, serta mengikuti aktivitas keseharian warga yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan dan kelestarian alam.

“Letaknya yang dekat dari PLBN Badau membuka peluang besar untuk mengembangkan Danau Sentarum sebagai destinasi unggulan berbasis ekowisata. Kami mendukung penuh inisiatif-inisiatif yang berkelanjutan, baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat lokal,” tambah Wendelinus.

Titik masuk utama untuk menuju Danau Sentarum biasanya melalui Sungai Tekelan atau Nanga Leboyan, yang juga menjadi pusat aktivitas wisata, budaya, dan edukasi lingkungan.

Di lokasi ini, wisatawan dapat menyusuri danau menggunakan perahu kayu, menyaksikan matahari terbit dari menara pandang, hingga berpartisipasi dalam kegiatan konservasi bersama warga lokal.

Sinergi antara Balai Taman Nasional, pemerintah daerah, mitra konservasi, dan komunitas lokal diharapkan dapat terus diperkuat untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan pengembangan pariwisata. Pendekatan edukatif dan partisipatif menjadi kunci agar kekayaan Danau Sentarum tetap terjaga dari waktu ke waktu.

Sebagai beranda terdepan Indonesia, keberadaan PLBN Badau menjadi saksi hidup bahwa kawasan perbatasan bukan sekadar titik pemisah antarnegara, melainkan gerbang kekayaan alam dan budaya yang membanggakan. 

Danau Sentarum pun menjadi simbol bahwa wajah perbatasan Indonesia adalah wajah yang ramah, indah, dan kekayaan alamnya.

Penulis: Betuel Mimin

Editor: Bagas R