JAKARTA - Hampir satu pekan lebih Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) dikepung banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak Rabu (20/9/2023).

Hingga Selasa, 26 September 2023, banjir yang terjadi di perbatasan negara tersebut tak juga kunjung surut akibat wilayah hulu yang berada di negara Malaysia masih sering terjadi hujan. 

Merespons hal tersebut, pemerintah Kabupaten Nunukan juga telah menetapkan status tanggap darurat bencana alam banjir selama 14 hari melalui Surat Keputusan Bupati Nunukan nomor 188.45/574/IZ/2023.

Hingga Rabu, 27 September 2023, banjir masih menggenangi dua kecamatan meski berangsur surut. Di Kecamatan Sembakung Atulai terdapat 2 desa yang masih digenangi banjir dan di Kecamatan Sembakung terdapat 6 desa.

Beberapa desa juga dilaporkan masih gelap gulita akibat pemadaman aliran listrik oleh PLN atas dasar antispasi warga tersengat listrik. Tinggi Muka Air (TMA) hingga 50 sentimeter juga terpantau di wilayah Kecamatan Sembakung.

Meski mengalami penurunan, elevasi sungai tercatat 4,5 meter dibanding hari sebelumnya yang mana mencapai posisi 5,05 meter.

Laporan yang dihimpun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat, 1 orang warga Sembakung meninggal dunia terpeleset dari rumahnya dan tenggelam karena banjir. 

Banjir yang dipicu oleh hujan di wilayah hulu perbatasan antara Malaysia-Indonesia itu telah berdampak pada 11.230 jiwa dari 3.976 KK. Sebanyak 1.198 rumah terdampak banjir, termasuk 51 unit fasilitas umum dan 54 hektare lahan pertanian terendam.

Adapun sebanyak 230 jiwa dari 62 KK masih mengungsi ke rumah kerabat maupun tenda darurat pengungsian mandiri maupun yang didirikan oleh lintas instansi. 

Sebagai upaya penanganan darurat, lintas instansi terkait mulai dari BPBD Kabupaten Nunukan, Tagana Dinas Sosial, TNI, Polri, Satpol PP, relawan Destana, relawan kecamatan telah memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi maupun warga terdampak.

(Humas BNPP dan Data BNPB) 

(Foto: BNPB)