|
Berita
Berita BNPP
Menyelam di Batas Negeri: Menyingkap Keindahan Bawah Laut di Pulau-Pulau Terluar Indonesia
Dibuat Admin BNPP
02 Nov 2025, 12:01 WIB
Oleh: Drs. Hamidin - Kelompok Ahli BNPP RI
Indonesia bukan hanya negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi juga jantung dari “Segitiga Karang Dunia” wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di planet ini.
Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote, ribuan pulau membentuk garis batas yang bukan sekadar penanda geografis, melainkan juga benteng alami yang menyimpan pesona bahari luar biasa.
Nama-nama seperti Raja Ampat, Wakatobi, dan Bunaken memang telah lama mengharumkan Indonesia di kancah wisata selam internasional. Namun, di balik gemerlap destinasi utama itu, tersembunyi keindahan bawah laut lain yang tak kalah menawan, seperti di pulau-pulau terluar Indonesia. Pulau-pulau ini menjadi saksi bisu pertemuan samudra, sekaligus garda depan kedaulatan[^1].
Pulau-pulau terluar Indonesia bukan hanya simbol geopolitik, tetapi juga penjaga terakhir ekosistem laut. Dari Rote di selatan hingga Miangas di utara, dari Sekatung di barat hingga Fani di Pasifik timur, setiap pulau menyimpan panorama bawah laut yang menakjubkan dan nyaris perawan. Di sinilah wisata perbatasan menemukan maknanya: menyelam di batas negeri sambil merasakan denyut kehidupan karang yang masih asli[^2].
Rote dan Ndana: Menyelam di Ujung Selatan Nusantara
Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur merupakan titik selatan Indonesia yang menghadap langsung ke Australia. Airnya yang jernih dengan visibilitas hingga 40 meter memanjakan mata penyelam di spot Pantai Nembrala, Do’o Reef, dan Pulau Usu. Sementara di Pulau Ndana sebagai titik nol selatan NKRI membuat kesan tersendiri bagi para penyelam bisa menemukan pari manta, napoleon wrasse, hingga penyu hijau yang bertelur di pantai-pantainya[^3].
Miangas dan Marore: Keajaiban Bawah Laut di Utara
Naik ke utara Sulawesi, Pulau Miangas berdiri kokoh di perbatasan dengan Filipina. Dinding karang vertikal dan gua bawah lautnya menyimpan ragam ikan makro yang langka.
Tak jauh dari sana, Pulau Marore di Kepulauan Sangihe menjadi bagian dari Pacific Coral Triangle, dengan spot Marore Wall dan Batu Pahat Reef yang menampilkan hamparan karang kipas raksasa dan kawanan barakuda yang berenang dalam formasi menawan[^4].
Sekatung dan Natuna: Damainya Laut Cina Selatan
Pulau Sekatung, yang menjadi bagian dari gugus Natuna, adalah benteng terdepan Indonesia di Laut Cina Selatan. Terumbu karangnya dangkal dengan formasi batu granit besar menciptakan pemandangan bawah laut yang unik. Spot seperti Sekatung Reef dan Tokong Nanas menawarkan pengalaman menyelam bersama kerapu raksasa, penyu hijau, dan pari elang yang muncul di antara arus laut yang deras[^5].
Pulau Batek dan Dana: Permata Kecil di Selatan Nusa Tenggara
Di barat Pulau Timor, Pulau Batek dikelilingi karang keras yang masih utuh. Penghuninya beragam, mulai dari ikan karang kecil, kuda laut pygmy, hingga penyu sisik. Sementara Pulau Dana di Sabu Raijua menantang para penyelam profesional dengan arusnya yang kuat dan potensi pertemuan dengan paus biru serta lumba-lumba spinner yang melintas di jalur migrasi selatan[^6].
Mentawai: Eksotisme Karang Tengkorak di Samudra Hindia
Kepulauan Mentawai di barat Sumatera terkenal di kalangan peselancar dunia, namun bagi penyelam, Karang Tengkorak adalah magnet tersendiri. Spot ini menyuguhkan dinding karang menjulang, diselimuti spons warna-warni dan kipas laut besar. Di antara arus kuat dan visibilitas 30 meter, penyelam dapat menjumpai Giant Sweetlips, tuna, hingga kawanan jackfish yang berenang anggun di perairan biru jernih[^7].
Fani dan Fanildo: Surga Karang di Ujung Timur Indonesia
Gugus Pulau Fani dan Fanildo di Papua Barat Daya merupakan permata terakhir Indonesia di Samudra Pasifik. Sebagai bagian dari ekoregion Raja Ampat Utara, wilayah ini memiliki lebih dari 500 spesies ikan karang[^8]. Di sini, penyelam berpeluang melihat hiu paus, pari elang, hingga karang fosil berusia ratusan tahun di dinding laut sedalam 40 meter.
Weh dan Sabang: Dari Bangkai Kapal ke Batas Barat Nusantara
Pulau Weh di Aceh menjadi gerbang barat Indonesia. Selain menyimpan nilai sejarah melalui bangkai kapal Sophie Rickmers yang menjadi rumah bagi ribuan ikan karang, spot seperti Batee Tokong dan Rubiah Sea Garden juga menghadirkan pemandangan karang sehat dan populasi hiu karang yang melimpah[^9].
Menjaga Batas, Merawat Laut, Membangun Negeri
Bagi Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI), pulau-pulau terluar bukan sekadar titik koordinat di peta. Mereka adalah penjaga kedaulatan dan aset strategis bangsa yang memiliki nilai ekologis, ekonomi, dan sosial budaya tinggi.
Sebagian besar wilayah ini termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Perbatasan yang pengelolaannya berada di bawah koordinasi BNPP RI bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Pengembangan wisata bahari di kawasan perbatasan harus tetap berlandaskan pada prinsip keberlanjutan. Artinya, eksplorasi keindahan laut harus diimbangi dengan konservasi ekosistem dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Melalui pendekatan ekonomi biru dan integrasi kerja sama lintas batas seperti BIMP–EAGA dan IMT–GT, BNPP RI berkomitmen menjadikan kawasan perbatasan bukan hanya garda terdepan pertahanan negara, tetapi juga poros ekonomi maritim yang berkelanjutan[^10].
Menyelam di batas negeri bukan sekadar menikmati keindahan laut, tetapi juga merasakan denyut kehidupan bangsa yang menjalar hingga ke pulau-pulau terluar.
Setiap buih, setiap karang, dan setiap hembusan arus laut di perbatasan adalah pengingat bahwa Indonesia sejatinya besar karena lautnya, dan kuat karena rakyatnya yang menjaga batasnya.
BNPP RI terus berupaya menjadikan wilayah terluar tidak lagi dipandang sebagai halaman belakang, melainkan beranda depan Nusantara yang membanggakan. Di sanalah masa depan Indonesia sebagai negara maritim yang sejati menemukan pijakan dan harapannya.
(Humas BNPP RI)
Catatan kaki
1]: Kementerian Kelautan dan Perikanan. Atlas Kawasan Konservasi Laut Nasional, 2023.
2]: BNPP RI. Profil Pulau-Pulau Kecil Terluar Indonesia. Jakarta: BNPP, 2022.
3]: “Indonesia’s Border Islands and Marine Biodiversity.” Kompas, 12 Mei 2024.
4]: BIMP-EAGA Secretariat. Blue Economy and Marine Connectivity in Eastern ASEAN, 2023.
5]: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2023.
6]: BNPP RI, 2022.
7]: KKP. Laporan Ekowisata Laut Mentawai, 2022.
8]: Kompas, 2024.
9]: KKP, 2023.
10]: BIMP-EAGA Secretariat, 2023.
Share
Kategori Berita
Berita BNPP
PLBN
Berita Nasional
Berita Perbatasan
Pers Rilis
Berita Utama
Berita Terbaru
Pulau-Pulau Terluar Sumatera: Surga Bahari dan Benteng Maritim Nusantara
PLBN Badau Wujudkan Ruang Publik Modern sebagai Pusat Aktivitas Sosial Masyarakat Perbatasan
PLBN Jagoi Babang Dukung Penguatan Identitas Kebangsaan Lewat Seminar Budaya di Perbatasan
BNPP RI Lakukan Penilaian IPBWN di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Perkuat Pengelolaan Perbatasan Laut
PLBN Skouw Sambut Kunjungan DPR RI, Perkuat Sinergi untuk Majukan Kawasan Perbatasan
Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI)
Jl. Kebon Sirih No.31A, RT.1/RW.5, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
021-31924491
info@bnpp.go.id
© Badan Nasional Pengelola Perbatasan - 2025