Logo BNPP
Badan Nasional Pengelola PerbatasanRepublik Indonesia (BNPP RI)
Beranda

|

Berita

Berita BNPP

Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia

Dibuat Admin BNPP

06 Oct 2025, 17:02 WIB

Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia
Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia
Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia
Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia

Oleh: Drs. Hamidin - Kelompok Ahli BNPP RI


Di sebuah sudut tenang Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, tepatnya di Desa Aji Kuning, berdiri sebuah rumah sederhana yang menyimpan kisah luar biasa tentang batas dan kebersamaan. 


Rumah berdinding papan dan beratap seng itu milik pasangan Mangapara dan Hasida, warga yang telah menetap di sana sejak awal 2000-an. Sekilas tampak seperti rumah lain di tepian pulau, namun siapa sangka, ruang tamunya berada di wilayah Indonesia, sementara dapurnya menjorok ke wilayah Malaysia.


Satu langkah ke depan masih di Tanah Air, satu langkah ke belakang sudah berada di negeri jiran. Dari ruang tengah, seseorang bisa berdiri dengan satu kaki di Indonesia dan satu kaki lagi di Malaysia. 


Rumah unik ini seolah menertawakan makna garis batas yang diciptakan manusia, dan pada saat yang sama menjadi simbol hidup harmoni di antara dua bangsa serumpun.


Mangapara mengenang masa ketika batas negara belum sejelas sekarang. “Dulu kami hanya tahu tanah ini warisan orang tua. Setelah pemerintah dua negara memasang patok, baru kami sadar kalau dapur kami sudah di Malaysia,” ujarnya sambil tersenyum. 


Namun, bagi Mangapara, batas negara bukanlah sekat pemisah, melainkan ruang perjumpaan yang menghidupkan. Di rumah itu, ia dan keluarganya menjalani kehidupan di dua negara dengan damai, sederhana, dan penuh rasa syukur.


Secara geografis, Pulau Sebatik memang memiliki keunikan tersendiri. Garis lintang 4°10’ LU membelah pulau ini menjadi dua wilayah, Sebatik Utara yang termasuk dalam Sabah, Malaysia, dan Sebatik Selatan yang menjadi bagian dari Indonesia. Masyarakat di kedua sisi pulau memiliki hubungan kekerabatan dan budaya yang erat. Mereka berinteraksi lintas batas dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari berbelanja, bekerja, hingga menikah, tanpa sekat yang berarti.


Di rumah Mangapara, batas negara menjadi bagian dari keseharian. Setiap pagi ia membuka pintu ruang tamu yang berada di Indonesia dan menyiapkan truk yang digunakan untuk mengangkut pasir serta tandan buah sawit.


Sementara itu, Hasida, sang istri, beraktivitas di dapur yang terletak di wilayah Malaysia. Di sanalah ia menjahit pakaian pesanan tetangga sambil mendengarkan lagu-lagu lama dari radio lokal. 


Hasida bercerita, kadang ia tertawa sendiri saat menyadari bahwa setiap kali mengambil alat jahit di ruang depan, ia melangkah dari Malaysia ke Indonesia tanpa paspor. “Kalau dipikir aneh, tapi begitulah hidup kami,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Kompas (2016).


Meski hidup sederhana, keluarga ini tetap menanamkan semangat pendidikan kepada anak-anaknya. Dua anak mereka kini bekerja di Nunukan dan Tarakan, sementara si bungsu tengah menempuh pendidikan tinggi di Makassar.


“Kami tidak punya banyak, tapi kami ingin anak kami sekolah tinggi,” kata Hasida dengan penuh kebanggaan. Semangat itu menggambarkan keteguhan masyarakat perbatasan dalam memperjuangkan masa depan yang lebih baik.


Di luar urusan keluarga, hubungan sosial masyarakat di sekitar rumah dua negara ini pun mencerminkan harmonisasi yang langka. Warga dari kedua sisi perbatasan saling berkunjung dan membantu tanpa memandang sekat administratif. Mangapara bahkan sering memperbaiki kendaraan milik warga Malaysia yang datang ke rumahnya. “Kami serumpun, jadi tidak ada rasa beda,” ujarnya singkat.


Namun, di balik harmoni itu, tersimpan pula tantangan administratif. Saat pemerintah melalui Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI) dan TNI AD melakukan pemetaan ulang pada awal 2020-an, sebagian besar rumah Mangapara dinyatakan masuk ke wilayah Indonesia, sementara dapurnya masih menjorok ke tanah Malaysia.


Akibatnya, dokumen kepemilikan rumah menjadi tidak tunggal secara hukum. Namun kondisi ini dipahami masyarakat dan pemerintah setempat sebagai realitas sosial khas perbatasan yang telah mengakar turun-temurun (Detik.com, 2023).


Kini, rumah dua negara itu telah menjadi objek wisata budaya yang menarik. Banyak pengunjung datang untuk berfoto di antara dua plang bertuliskan “Welcome to Malaysia” dan “Selamat Datang di Indonesia.” Anak-anak sekolah, peneliti, bahkan pejabat sering berkunjung untuk melihat langsung bagaimana batas politik bisa begitu lunak dalam kehidupan masyarakat.


Bagi BNPP RI, rumah tersebut adalah representasi hidup dari semangat persaudaraan lintas batas dan menjadi simbol bahwa batas negara bukan selalu tentang perpisahan, tetapi juga tentang keterhubungan.


Kehadiran Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sebatik yang kini berdiri megah dan representatif adalah wujud nyata dari visi pemerintah menjadikan kawasan perbatasan sebagai beranda depan Indonesia.


Melalui pembangunan yang dilakukan BNPP RI, perbatasan tidak lagi dipandang sebagai wilayah pinggiran, melainkan sebagai etalase kebangsaan yang merefleksikan nilai persaudaraan, ketahanan, dan martabat bangsa.


Fenomena rumah Mangapara di Aji Kuning menyampaikan pesan kemanusiaan yang mendalam: bahwa batas sesungguhnya bukanlah pada garis di peta, melainkan di hati manusia. Dalam kehidupan mereka, identitas nasional tidak menghapus nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, dan rasa saling menghormati. 


Dari ruang tamu Indonesia hingga dapur Malaysia, mereka hidup berdampingan di bawah satu atap, satu kisah kecil yang mengajarkan arti besar dari perdamaian dan persaudaraan.


Setiap sore, setelah bekerja, Mangapara duduk di beranda memandangi matahari terbenam di ufuk barat, sementara Hasida menyiapkan kopi hitam di dapur yang berada di seberang negeri. 


Dari ruang tamu terdengar tawa kecil cucu-cucunya yang pulang berkunjung. Di rumah sederhana itu, batas negara tidak pernah menjadi tembok, melainkan jembatan kecil yang menyatukan dua bangsa di bawah atap yang sama.


Sebagai refleksi, pengalaman keluarga Mangapara mengingatkan kita semua bahwa pembangunan perbatasan tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur fisik. 


Lebih dari itu, diperlukan pembangunan sosial yang menumbuhkan rasa memiliki, kebersamaan, dan saling percaya. Karena di perbatasanlah, wajah sejati Indonesia terlihat bukan dari seberapa kokoh pagar dan patok dibangun, tetapi dari seberapa kuat rasa persaudaraan dijaga.




(Humas BNPP RI)

Share

Kategori Berita

Berita BNPP

984

PLBN

562

Berita Nasional

70

Berita Perbatasan

252

Pers Rilis

40

Berita Utama

725

Berita Terbaru

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/251402eb-8de5-452a-9367-e2c0d6046b0a.jpeg

Irau Malinau, Pesta Budaya yang Menyatukan Bumi Intimung

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/b679ecc5-591f-404c-9bda-06e790bc1970.jpeg

BNPP RI Petakan Titik Nol Kilometer Selatan Indonesia di Pulau Rote, Perkuat Identitas Wilayah Terluar Indonesia

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/bb59c364-d51f-4930-b5a2-d127d31266fd.jpeg

Unik ! Ruang Tamu di Indonesia, Dapur di Malaysia

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/12685526-0d20-407c-a9c0-b637fafc0dbe.jpg

BNPP RI Dorong Pengembangan Kabupaten Bengkalis sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Perbatasan Melalui Pengukuran IPKP

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/a0e47c85-a6dc-43d2-938d-e655c479a44e.jpg

Tanguk Iban, Simbol Identitas Budaya yang Dijaga di Perbatasan Badau

Berita Terkait
Logo BNPP

Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI)

Location Icon

Jl. Kebon Sirih No.31A, RT.1/RW.5, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340

Phone Icon

021-31924491

Email Icon

info@bnpp.go.id

White Facebook Icon
White Twitter Icon
White Instagram Icon
White Tiktok Icon
White Youtube Icon

© Badan Nasional Pengelola Perbatasan - 2025