|
Berita
Berita BNPP
Jagoi Babang: Dari Jalur Tradisional Menuju Etalase Perbatasan Indonesia
Dibuat Admin BNPP
16 Jul 2025, 20:36 WIB
Oleh: Hamidin (Kelompok Ahli - BNPP RI)
Jagoi Babang Dulu Perbatasan Tradisional Lintas Budaya
Pada era 1980-an, kawasan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Jagoi Babang dikenal sebagai jalur tradisional yang ramai dengan aktivitas lintas batas masyarakat. Warga dari kedua negara bebas melintas melalui jalan setapak yang tidak resmi, menjalin hubungan sosial dan ekonomi yang erat di tengah keterbatasan infrastruktur negara.
Pasar-pasar tradisional seperti Serikin dan Tebedu di Malaysia menjadi tempat favorit bagi warga Indonesia, sementara warga Malaysia kerap mendatangi pasar di Jagoi Babang dan Entikong untuk mendapatkan produk lokal khas Indonesia.
Aktivitas perdagangan informal ini memperlihatkan adanya simbiosis ekonomi yang kuat, di mana warga Indonesia mencari kebutuhan pokok seperti susu dan makanan olahan, sedangkan warga Malaysia memburu biji kopi, lada, ikan kering, serta kerajinan tangan berbahan rotan, bambu, dan kayu dari Indonesia.
Kerajinan rotan khas Jagoi Babang bahkan menjadi komoditas unggulan yang menarik perhatian pasar internasional. Produk-produk seperti tikar rotan, tas, dompet, dan mebel kecil sempat diekspor ulang oleh Malaysia ke Eropa dan diakui sebagai produksi mereka. Hal ini mencerminkan kualitas unggul produk lokal Indonesia yang menggunakan bahan alami dan pewarna dari getah kayu.
Kedekatan geografis dan harga pasar yang kompetitif menjadi alasan utama suburnya aktivitas ekspor informal. Akses menuju pasar Malaysia lebih cepat dibandingkan menuju kota-kota besar di Kalimantan Barat, dan nilai jual produk di sana juga relatif lebih tinggi.
Titik Balik Hadirnya PLBN Jagoi Babang
Transformasi signifikan di Jagoi Babang dimulai dengan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Sebelum PLBN berdiri, aktivitas lintas batas berlangsung tanpa regulasi yang jelas, membuka celah bagi berbagai pelanggaran seperti penyelundupan.
Insiden penyerangan terhadap Kantor Bea Cukai Jagoi Babang pada 2015 menjadi salah satu titik kritis yang mencerminkan minimnya kehadiran negara di kawasan perbatasan.
Namun, keadaan berubah setelah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) TMP C Jagoi Babang mulai beroperasi pada 2018. Kehadiran PLBN menjadi simbol kehadiran negara yang kuat dan terorganisir di tapal batas. Fasilitas ini mengintegrasikan pelayanan lintas batas seperti imigrasi, kepabeanan, karantina, dan keamanan secara terpadu, sekaligus menjadi jalur resmi ekspor komoditas unggulan daerah.
Geliat Ekonomi dan Potensi Wisata
Seiring beroperasinya PLBN, perekonomian Jagoi Babang menunjukkan geliat yang signifikan. Kawasan ini berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kabupaten Bengkayang, dengan arus ekspor komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan yang terus meningkat ke pasar Malaysia. Nilai ekspor yang mencapai miliaran rupiah setiap bulan menjadi indikator penting kebangkitan ekonomi lokal.
Pemerintah pun aktif mendorong kemajuan Industri Kecil Menengah (IKM) melalui penyediaan gedung produksi, alat kerja, hingga bantuan usaha produktif. Upaya ini bertujuan memberdayakan masyarakat lokal agar mampu bersaing dan mandiri secara ekonomi.
Selain sektor ekonomi, pariwisata juga tumbuh pesat. Jagoi Babang meraih penghargaan sebagai desa wisata terfavorit nasional pada November 2024.
Keindahan alamnya yang masih asri, kekayaan budaya Dayak Bidayuh, serta kerajinan rotan yang khas menjadi daya tarik utama. Bahkan, pengelolaan lingkungan hidup mulai berkembang, ditandai dengan pengolahan sampah organik menjadi kompos yang bernilai jual.
Melestarikan Tradisi di Tengah Modernisasi
Meski pembangunan terus berlangsung, masyarakat Jagoi Babang tetap memegang teguh nilai budaya dan adat istiadat leluhur. Suku Dayak Bidayuh dan Dayak Iban masih menjaga warisan budaya melalui gotong royong, pemeliharaan rumah adat, dan pelestarian seni tradisional. Nilai-nilai ini menjadi fondasi identitas lokal yang kuat dan diwariskan lintas generasi.
Jagoi Babang Kini Etalase Negeri
Momentum penting terjadi pada 2 Oktober 2024, ketika PLBN Jagoi Babang diresmikan secara nasional oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, bersamaan dengan enam PLBN lainnya melalui seremoni terpusat di PLBN Napan, Nusa Tenggara Timur.
Sejak saat itu, Jagoi Babang resmi menjadi salah satu dari tujuh PLBN baru yang beroperasi sebagai garda terdepan kedaulatan negara di perbatasan.
Model Perbatasan Masa Depan
Transformasi Jagoi Babang menjadi gambaran nyata dari visi besar pemerintah dalam membangun kawasan perbatasan yang aman, tertib, produktif, dan berdaya saing.
Wilayah perbatasan kini bukan lagi kawasan terpinggirkan, tetapi menjadi beranda depan negara yang mencerminkan kemajuan dan harga diri bangsa.
Keberhasilan Jagoi Babang menjadi inspirasi bagi pengelolaan perbatasan di titik-titik lainnya. Dengan dukungan lintas sektor, kerja sama antarinstansi, serta partisipasi aktif masyarakat, masa depan kawasan perbatasan Indonesia diyakini akan semakin cerah dan berdaya saing tinggi.
(Humas BNPP RI)
Share
Kategori Berita
Berita BNPP
PLBN
Berita Nasional
Berita Perbatasan
Pers Rilis
Berita Utama
Berita Terbaru
Transformasi Perdagangan Lintas Batas, Dari Sistem Barter hingga Ekspor Bernilai Jutaan Dolar
Parade Perahu Hias dan Pekik 'Merdeka' Warnai HUT RI di PLBN Labang, Sungai Pansiangan Semarak
Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri
Pentingnya Prestasi dan Arti Batas Negara bagi Indonesia
BNPP RI Gagas Kolaborasi Strategis Kementerian/Lembaga Mitra dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara
Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI)
Jl. Kebon Sirih No.31A, RT.1/RW.5, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
021-31924491
info@bnpp.go.id
© Badan Nasional Pengelola Perbatasan - 2025