Logo BNPP
Badan Nasional Pengelola PerbatasanRepublik Indonesia (BNPP RI)
Beranda

|

Berita

Berita BNPP

Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri

Dibuat Admin BNPP

25 Sep 2025, 14:40 WIB

Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri
Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri
Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri

Oleh: Drs. Hamidin - Kelompok Ahli BNPP RI


Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 17 ribu pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote. 


Namun, kebesaran Indonesia tidak hanya hadir di pulau-pulau besar dengan hiruk pikuk kota, melainkan juga di titik-titik terluar yang sunyi. Di situlah kedaulatan berdiri tegak tanpa kompromi, di karang yang sepi, di pulau yang hening, yang menjadi garis terdepan eksistensi bangsa.


Dua titik penting yang jarang terdengar namanya, bahkan mungkin asing bagi sebagian rakyat, adalah Karang Singa di perairan utara Bintan dan Pulau Ndana di selatan Rote, Nusa Tenggara Timur. 


Meski sederhana wujudnya, keduanya adalah penjaga senyap yang memastikan kedaulatan Indonesia tetap utuh. “Di Karang Singa dan Ndana, Indonesia hadir bukan hanya di atas peta, tetapi nyata di lapangan,” ujar saya dalam refleksi mengenai batas negara.


Cahaya Kedaulatan dari Karang Singa


Karang Singa hanyalah gugusan karang kecil di jalur sibuk Selat Malaka, sebagai urat nadi perdagangan dunia yang tak pernah sepi dari kapal-kapal besar. Dari titik itu, cahaya gemerlap Singapura terlihat begitu dekat. 


Namun, di antara gemerlap itu berdiri tegak sebuah mercusuar. Cahaya putihnya menembus gelap malam, sederhana namun penuh makna: penanda kehadiran Indonesia.


Mercusuar Karang Singa bukan hanya fasilitas navigasi, melainkan simbol kedaulatan. Di tengah sengketa wilayah yang pernah terjadi, mercusuar ini menjadi jawaban tegas bahwa Karang Singa adalah bagian sah dari Indonesia. 


Seorang diplomat senior pernah berujar, “Kehadiran Indonesia di Karang Singa lebih kuat dari seribu argumen. Mercusuar itu adalah bukti nyata.” Kalimat itu sederhana, tetapi dalam dunia diplomasi, kehadiran nyata jauh lebih kuat dari seribu argumen. Dan Karang Singa adalah bukti nyata itu.


Pulau Ndana: Sunyi yang Setia


Jika Karang Singa identik dengan cahaya mercusuar, Pulau Ndana adalah daratan sunyi yang menatap Samudra Hindia. Terletak di barat daya Pulau Rote, Ndana merupakan titik paling selatan Indonesia. Pulau ini tidak berpenghuni, kecuali prajurit TNI yang bergantian menjaga pos sederhana.


Suatu sore di Pulau Ndana, matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Ombak Samudra Hindia bergemuruh tanpa henti. Seorang prajurit muda duduk di tepi pantai, seragamnya lusuh terkena garam laut, wajahnya teduh menatap cakrawala.


“Kadang kami merasa jauh dari dunia,” kata seorang prajurit muda saat ditemui di pos penjagaan. 


“tapi justru di sinilah kami merasa paling dekat dengan Indonesia.” Kalimat itu menyentuh, mengingatkan bahwa kedaulatan negeri dijaga bukan di ruang rapat berpendingin udara, melainkan di pulau sepi, oleh anak-anak bangsa yang rela jauh dari keluarga demi menjaga tanah air.


Berbulan-bulan mereka berada di pos, dengan komunikasi terbatas, listrik seadanya, dan logistik yang datang tak menentu. Tetapi setiap kali bendera merah putih dikibarkan di tiang pos jaga, dada mereka dipenuhi rasa bangga. Mereka tahu, jika mereka lengah, tidak ada yang akan menjaga titik itu.


“Kalau kami tidak ada, siapa lagi?” ujar seorang prajurit lain dengan mantap. Kalimat itu menegaskan, bahwa kedaulatan bukan konsep abstrak. Ia nyata—dijaga dengan mata yang tetap terjaga, dengan kaki yang kokoh berpijak di ujung negeri.


Kesunyian Ndana menyimpan keindahan yang agung. Sabana keemasan saat senja, kawanan rusa yang berlarian bebas, serta pantai pasir putih yang murni menjadikannya simbol keteguhan dan keindahan alam yang berpadu.


Lebih dari Sekadar Garis di Peta


Karang Singa dan Pulau Ndana mengajarkan bahwa batas negara bukan sekadar garis tipis di peta. Batas adalah kehadiran nyata, baik berupa mercusuar yang menyala di laut maupun pos kecil yang tegak di sabana terpencil. Tanpa titik-titik ini, peta Indonesia tidak akan lengkap.


Harga diri bangsa bukan hanya diukur dari luas wilayah, melainkan dari kesetiaan menjaga setiap jengkal tanah air, sekecil dan sesepi apa pun itu.


Keindahan yang Tersembunyi


Meski lebih sering disebut karena nilai strategisnya, Karang Singa dan Ndana juga menyimpan keindahan.


Di Karang Singa, laut biru jernih membentang, ikan-ikan berwarna-warni berenang di sela karang, dan riak ombak lembut membelai mercusuar. Suasana hening di sana bisa membuat siapa pun merasa kecil dihadapan kebesaran alam.


Sementara di Ndana, keindahan hadir dalam kesederhanaan. Sabana luas yang menguning saat musim kering, langit biru yang bersih tanpa polusi, serta pantai pasir putih yang murni tanpa jejak wisata massal. Kawanan rusa yang berlari bebas menambah kesan eksotis, seolah pulau itu bukan hanya benteng kedaulatan, melainkan juga taman alam yang masih perawan.


Andai suatu saat akses wisata dibuka, Ndana bisa menjadi destinasi yang unik: tempat orang tidak hanya datang untuk melihat pemandangan, tetapi juga untuk merasakan getaran kebanggaan atas sebuah kisah heroik di ujung negeri.


Penutup: Cinta yang Menjaga


Bangga menyebut Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia seharusnya tidak hanya berarti Bali, Lombok, atau Raja Ampat. Ingatlah Karang Singa yang sunyi, dan Ndana yang sepi. Di situlah kedaulatan ditegakkan dengan cinta yang tulus.


Bangga pada mercusuar Karang Singa yang tak pernah padam cahayanya. Bangga pada prajurit Ndana yang setia menjaga di ujung selatan negeri. Bangga bahwa Indonesia besar bukan hanya karena luas wilayahnya, tetapi juga karena kesetiaan anak-anak bangsa yang rela menjaga ujung-ujung sunyinya.


Pada akhirnya, Karang Singa dan Pulau Ndana mengingatkan kita bahwa kedaulatan adalah cinta. Cinta yang hadir dalam kesunyian, pengorbanan, dan kesetiaan, namun tetap menyala terang sebagai obor abadi di batas negeri.




(Humas BNPP RI)

Share

Kategori Berita

Berita BNPP

972

PLBN

554

Berita Nasional

70

Berita Perbatasan

252

Pers Rilis

40

Berita Utama

725

Berita Terbaru

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/96e0fa17-72c7-4fa2-855b-4d056a6f6775.jpeg

Karang Singa dan Pulau Ndana: Simbol Kesetiaan di Ujung Negeri

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/79331c99-0b1c-4506-94d8-51109be3f0ab.jpeg

Pentingnya Prestasi dan Arti Batas Negara bagi Indonesia

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/e607087f-5fb7-4676-b6dc-7eb9c61733f7.jpeg

BNPP RI Gagas Kolaborasi Strategis Kementerian/Lembaga Mitra dalam Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/e1342a45-fb13-42ab-8c23-3d2a4257d96f.jpeg

BNPP RI Mantapkan Sinergi Pengelolaan Perbatasan Lewat Sosialisasi Penguatan Kapasitas ASN dan Kelembagaan

https://apibackend.bnpp.go.id/images/news/5a62fe74-c2dc-4bc5-9299-43115a40b3ae.jpeg

PLBN Skouw Jadi Tujuan Field Trip Siswa SMP Kalam Kudus Kotaraja

Berita Terkait
Logo BNPP

Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI)

Location Icon

Jl. Kebon Sirih No.31A, RT.1/RW.5, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340

Phone Icon

021-31924491

Email Icon

info@bnpp.go.id

White Facebook Icon
White Twitter Icon
White Instagram Icon
White Tiktok Icon
White Youtube Icon

© Badan Nasional Pengelola Perbatasan - 2025